Menanti Sebaris Syair

     Sebaris kenangan sedikit mencuat oleh beberapa penggal kisah yang sempat terlontar. Aksen khas Nyong Ambon satu ini tiba-tiba menyeruak di tengah-tengah para 'pemukim malam' di mabes. Riuh, tentu saja, seperti debur ombak yang menghempas pantai. Dan 'logat' itu, yang sudah begitu lama tidak terdengar benar-benar menggelitik rindu untuk suatu masa dulu.
     Dan penantian akan sebaris syair dari bibir Nyong ini yang mungkin saja menghangatkan kembali nostalgia beribu-ribu syair yang telah terbang bersama malam-malam sepinya di mabes, ternyata tidak terjadi. Mungkin seperti kata Bang Haji Indra, perlu 'jatuh cinta' lagi untuk bisa kembali merangkai kata menjadi baris-baris syair yang indah. Namun senyumnya yang sambung menyambung bersama lompatan-lompatan kenangannya dalam suasana hati yang sumringah sudah lebih dari cukup untuk ekspresi haru dan bangganya akan Korpala.
     Dari 'mabes corner' itu halo-halo sambung menyambung, menyapa sesama tiitsan yang masih ada di sekitar mabes. Dan beruntung, salah seorang 'partner' lama yang menyempatkan ke mabes adalaha Anwar 'Ulbul' Halim. Ah iya.. mereka sama-sama membanggakan 'gondrong bonsai' milik masing-masing.
     Lalu, malam-malam berikut mabes corner kembali menanti hangatnya silaturahmi jiwa-jiwa yang selalu dekat dengan mabes, meski fisik terpisah jarak jauh.

2 Responses to "Menanti Sebaris Syair"

  1. k-143 pepen ekend djokdja15 Mei 2012 pukul 11.54

    ..trims bang Hero atas postingnya..

    BalasHapus
  2. Tuangala Ekend masih muda stau?

    BalasHapus