Pesawat Tempur Menjelang Senja

     Ashar belum lama berselang, ketika langit sudah begitu gelap. Angin yang bertiup lembab segera saja disusul oleh titik-titik hujan yang semakin lama semakin lebat. Di depan boulder wall, gelas-gelas kopi sudah kosong lebih setengahnya. Sebentar lagi, dalam sekali tegukan maka ampas sudah akan mampir di ujung tenggorokan.
     Tempias air hujan membasahi sebagian bangku dan balai-balai. Lalu perlahan, dawai-dawai gitar mulai bergetar harmoni. Dari matras yang tertata kurang rapih, Indra dan Udhi mulai unjuk urat leher menimpali berisik titik hujan di luar. Satu persatu lagu Iwan Fals mengalir seadanya. Kadang merduk, kadang sedikit fals, bahkan kadang terdengar sangat parau getar tali suara yang dipaksa berbunyi.
     Ah.. sudah lama sekali suasana ini tidak nampak. Semangat yang menggelora yang mengiringi irama lagu-lagu Iwan Fals nampak begitu menghangatkan suasana. Beberapa adik yang terpaut jauh beberapa generasi ikut bergabung di keriuhan itu. Antara menghafal lirik lagu yang sementara on air, dan berfikir untuk mendapatkan judul lagu berikut, mengantisipasi lagu yang sedang on air itu tiba2 stop karena kehabisa lirik. Mulai dari pesawat tempur kehabisan bensin hingga harus mendarat di ujung aspal pondok gede, menyerempet ibu yang sudah berjalan ribuan kilometer. Lalu ada nona yang jinak-jinak merpati yang entah mengapa kesulitan untuk menjawab ya atau tidak. Ah.. di luar hujan masih menderu...
     Pemandangan dan suasana itu baru terlihat lagi di mabes. Semoga, di hari-hari esok, panggung kepepet seperti itu di sekitar mabes bisa semakin sering beraksi. Merajut keceriaan, kesederhanaa, kejujuran dan canda-canda usil dari lirik yang sengaja terpeleset.

k.058

0 Response to "Pesawat Tempur Menjelang Senja"

Posting Komentar