Bagaimana Korpala menurut Saya

 

      Dalam beberapa sesi berbincang dengan Ketua Korpala 2023, pernah sekali terlontar pertanyaan  dari benak beliau, 'bagaimana model Korpala menurut Abang?' Saya tidak banyak berfikir, langsung menunjukkan postingan di Buletin Lembanna. Tulisan itu saya buat untuk ulang tahun dCorps ke-28 sepuluh tahun lalu, 8 Agustus 2013.

      Secara ringkas gambaran di dalam tulisan tersebut adalah, proses pendidikan yang ketat untuk 'Mahasiswa' anggota Korpala. Hasil dari pelatihan tersebut adalah manusia berkualitas Korpala, yang menjadi 'nilai jual' untuk pribadi yang bersangkutan, entah di bidang apapun nantinya ia berkegiatan, berinteraksi, ataupun berprofesi. Karena pamor yang demikan cemerlang itu, maka mahasiswa Unhas akan berbondong-bondong berebut tempat untuk menjadi anggota Korpala. Sesuatu yang tidak pernah kelihatan di beranda Mabes Korpala. Tulisan lengkapnya bisa dibaca di link ini.

      Dua tahun sebelumnya, di tahun 2011 saya juga sudah menulis tentang posisi Korpala secara jelas, di dalam  percaturan kegiatan di kampus. Korpala adalah dapur. Tentu saja dapur untuk mahasiswa, karena Korpala adalah u-ka-em Unit Kegiatan MAHASISWA. Ketika mahasiswa menuntaskan pendidikan dan prosesnya di Korpala, maka mahasiswa tersebut sudah tuntas dan siap mengarungi kelanjutan kehidupannya. Konsep pendidikan di Korpala yang saya gambarkan di dalam tulisan tersebut, sangat mirip dengan konsep Merdeka Belajar yang dicanangkan pemerintah di tahun 2019 lalu. Untuk tulisan lengkapnya ada di link ini.

 

Bagaimana pendapat saya untuk Korpala 2030?

Mestinya tidak hanya sampai 2030 tetapi untuk selamanya.

     Pertama memposisikan Korpala sebagai ukm yang sebenarnya dengan fokus pengembangan pada mahasiswa. Adapun untuk para alumni, meskipun keanggotaannya tidak berakhir di Korpala dan tetap sebagai anggota aktif, diposisikan sebagai supporting dalam hal berbagi pengalaman, berbagai diskusi pemaknaan kegiatan dan kehidupan. Selain itu tentu saja sebagai pendukung pembiayaan kepada kegiatan mahasiswa yang menjadi anggota Korpala.

     Setelah meletakkan posisi Korpala pada posisi yang seharusnya tersebut, maka analisa SWOT pasti akan berbeda. Visi misi organisasi bisa menjadi lebih jelas dan sederhana serta mudah diterjemahkan dalam modul-modul kegiatan dan target.

     Katakanlah misalnya untuk sumber daya yang dibutuhkan untuk Korpala bisa berkegiatan secara normal. Nantinya akan diperoleh berapa rentang jumlah ideal anggota baru yang selayaknya diterima setiap tahun dan mendapatkan nomor keanggotaan. Dengan jumlah yang memadai, maka pengurus akan mudah melancarkan ruda organisasi meskipun ada beberapa individu yang lalai atau bahkan tidak sanggup menuntaskan tanggung jawab yang dibebankan oleh pengurus. Di bagian lain, organisasi mudah mendapatkan tenaga instruktur secara memadai untuk setiap kegiatan pendidikan yang diadakan.

     Ramuan pola kegaitan dan pendidikan juga bisa dibuat dengan polah sederhana, praktis dan jelas ujung pangkalnya. Berapa lama dididik, berapa lama berkegiatan, berapa lama memanin makna-makna dari kegiatan yang dilakukan oleh setiap anggota. Bila durasi perkuliahan mahasiswa diasumsikan selama 4 (empat) tahun, dimana mahasiswa yang bergabung dengan Korpala adalah mahasiswa tahun ke-2, maka bisa diperhitungkan waktu selama 3 tahun, untuk memproses anggota sehingga dapat menyerap semua pelatihan yang telah disiapkan bahkan hingga menjadi instruktur di setiap bidang pelatihan yang ada.

Dalam durasi 3 tahun tersebut anggota bisa menguasai semua materi sekaligus bisa menjadi instruktur pada bidang yang diminatinya. Hal baru di dalam proses regenerasi yang belum pernah terjadi selama ini. Sehingga nantinya keberadaan para Senior sebagai instruktur, hanyalah sebagai cadangan atau malah sebagai referensi saja, bukan lagi senior yang jungkir balik jadi tulang punggung kegiatan sebagai instruktur.

     Materi pembentukan karakter juga harus sudah terperinci hingga detail. Di samping materi pokok berupa keterampilan fisik dan keterampilan hidup di area 'luar kebiasaan' (saya tidak menggunakan istilah 'alam bebas'), maka materi pendukung karakter juga dirumuskan dengan detail yang nantinya diintegrasikan dengan berlangsungnya pelatihan materi fisik dan keterampilan.
     Sebagaimana kita ketahui, saat ini pemikiran lama yang semakin solid dan mengglobal adalah 'Unity - Live as One'. Masyarakat global diharapkan dapat berkontribusi optimal di dalam aspek kehidupan bersama. Kolaborasi menjadi patron hdup di masa depan. Mengapa kolaborasi, karena semua kemajuan yang telah diraih manusia sapiens ini adalah produk kolaborasi. Manusia mutlak tidak bisa mandiri. Untuk hidup mereka membutuhkan orang lain.

Dalam lingkup interaksi yang mengglobal tersebut, melengkapi semua materi keterampilan teknis yang telah dimiliki Korpala, maka beberapa karakter dasar mutlak dimiliki (dalam hal ini mahasiswa yang dididik di Korpala) diantaranya 

1). Memiliki Kecerdasan Emosi 

2).Memiliki kecerdasan Sosial 

3). Memiliki kecerdasan berkelompok/bergerombol (Swarn Intelligent) dan 

4). Memiliki kecerdasan Ekologis. 

Ditambah lagi, mahasiswa di Korpala harus di upgrade IQ nya menjadi minimal 90 (rata-rata IQ orang Indonesia 78,46 - posisi ke 130 dari 195 negara. IQ normal ada di rentang 90-100). Semua materi untuk melatih kecerdasan tersebut sudah tersedia, tinggal disusun menyesuaikan kebutuhan Korpala.

      Tantangan selanjutnya adalah memasarkan kualitas-kualitas anggota Korpala tersebut kepada khalayak seluruh dunia, sehingga alumni Unhas dengan predikat anggota Korpala akan diperebutkan oleh dunia kerja, dunia usaha dan dunia-dunia kehidupan lainnya. Pada saat itu maka mahasiswa Unhas akan berebut masuk Korpala. Bahkan bisa saja nanti berebut masuk Unhas untuk bisa masuk Korpala. Artinya semakin lama, kualitas sumber daya kita semakin meningkat, karena banyak yang mengantri masuk Korpala maka Korpala punya kesempatan memiilih yang berkualitas lebih baik.
Berapa tahun untuk sampai di tahap mapan tersebut? Nah ini bisa didiskusikan lebih lanjut, dengan mengacu analisa SWOT lagi.

     Jadi bila saya ringkas, maka GBHO (Garis Besar Haluan Organisasi) Korpala menjadi sederhana sebagai berikut:

- Mahasiswa anggota Korpala menjadi fokus utama dan mutlak di dalam semua denyut kehidupan organisasi. Sedangkan alumni menjadi supporting untuk kelancaran mahasiswa anggota Korpala berkegiatan, berpikir dan bertindak. (Posisi Alumni sejalan dengan konsep Kampus Merdeka Unhas).

- Menyusun ulang semua materi dan konsep pendidikan untuk menghasilkan anggota yang berkualitas sesuai standar yang ditetapkan. Termasuk mengkonversi sistem pendidikan berbasis digital ke dalam pendidikan di Korpala (sesuai dengan konsep Merdeka Belajar). Bahkan materi digital yang diterbitkan Korpala diharapkan menjadi materi baku untuk organisasi pencinta alam lainnya di Indonesia.

- Misi organisasi menjadikan Korpala sebagai 'way of life' dari anggotanya. Setiap anggota yang sudah menjalani pendidikan di Korpala, entah dikdas, kursus atau apalah yang lain, bisa mendapatkan pemahaman yang baik tentang Korpala, mendapatkan jejak karakter di dalam perilaku hidupnya yang didapatkan dari Korpala, sehingga mereka akan selalu bangga pernah mendapatkan pendidikan di Korpala.

- Visi Korpala, menjadikan setiap anggota Korpala sebagai individu berkualitas sesuai 'way of life' Korpala sehingga 'predikat' sebagai anggota Korpala menjadi jaminan mutu yang akan diperebutkan oleh semua bidang kehidupan dimanapun mereka berada.

- Detail teknis penjabaran selanjutnya bisa kita diskusikan lebih panjang lebar nantinya.


Demikian garis besar pemikiran saya mengenai visi misi Korpala. Dengan segala kerendahan hati, diskusi bisa kita perkaya, salah satunya dengan menanggapi di kolom komentar di bawah. Kita bisa memperkaya masukan untukTim Penyusun GBHO Korpala kita, sehingga di musker nanti bisa segera disahkan untuk diimplementasikan di waktu mendatang.

tabe', k.058.

0 Response to "Bagaimana Korpala menurut Saya"

Posting Komentar